Curhatan Hati : Menjadi Kakak yang Baik
“Semua
itu karena aku sayang, adikku.”
Tangan ini kembali melayang-layang menggampar kulit
adikku yang terbilang masih kenyal. Tentunya dengan kondisi tidak sadar. Tidak semena-mena
dan kurang ajar. Tak mungkin perbuatan bodoh itu kulakukan jika tak berakar.
Ia tak mau mandi. Padahal sudah siang hari. Saat kubujuk,
malah ia lari. Lantas aku terjebak hawa nafsu dan menyeretnya ke kamar mandi. Ia
menangis histeris seperti orang dihantui. Sambil berteriak menolak untuk mandi.
Dasar anak badung. Lantas aku memukulinya dengan tanganku yang penuh dosa. Mengguyurnya
dengan air dari atas kepalanya. Saat ia berteriak, segera saja ku sikat
giginya. Kemudian aku mengguyurnya terus menerus sampai ia kedinginan. Ia kabur
sambil menyabet handuknya.
Saat aku hendak memakaikan baju. Ia malah memberontak. Kakinya
menendang-nendang. Barang-barang di sekitarnya ikut mengambang mengarah
kepadaku. Lantas aku tak mau kalah. Emosiku juga membeludak. Aku cengkram
tangan kakinya yang masih mungil walau tak erat. Saat itu aku masih
menggunakannya pakaian dalam. Sebab aku belum mengambilkan baju untuknya. Dan
ketika aku memberikan baju untuknya, she
has been sleeping with her towel. Sungguh mengundang air mata.
Jadi kesimpulannya, teman-teman bisa mengambil dari kisah
saya. Apalagi yang punya adik. Kalian pasti pernah menyakitinya. Iya saya
percaya itu. Senakal-nakalnya dia, ia tetaplah adikmu. Yang harus kalian jaga
sungguh-sungguh. Lebih-lebih adikmu masih terlalu kecil. Jangan mengajarkan
kerasnya hidup padanya. Sebab tak baik hasilnya. Kalaupun emosi kalian sedang
memuncak, itu masih bisa diobati dengan segudang nasehat dari Nabi Muhammad
SAW. Tingkahnya yang begitu nakal serta beremosi tinggi jangan dibalas dengan
tingkah seperti itu juga. Saya yakin, dengan bujukan yang manis, kenakalannya
akan habis. Seperti kisahku tadi, ketika aku membujuknya malah ia lari. Apa maksudnya?
Sebenarnya ia hanya mengajak bercanda. Saat-saat seperti itu seharusnya kita
membalasnya dengan canda tawa agar ia menuruti kakaknya.
0 comments:
Post a Comment