Wednesday, August 6, 2014

Curhatan Hati : Ketika Berbuat Kesalahan

Ketika Berbuat Kesalahan

Kesalahan tentu bukan menjadi hal yang asing dalam sebuah kehidupan. Setiap orang pasti memiliki kesalahan. Mungkin kesalahan pada keluarga, teman ataupun tuhan. Tidakkah kalian merasa bersalah atas tingkahmu yang penuh keliru? Tentu, saya kira hanya orang-orang yang beriman yang merasakan hati serta akal budinya penuh dosa. Lantas perbuatan apa saja yang disebut kesalahan? Tentu tak bisa terkira. Dengan tuhan kita sendiri saja sudah berpukal-pukal. Bagaimana dengan sesama umat manusia?
            Tapi kesalahan satu ini berbeda dengan di atas. Waktu itu, seseorang menemui saya. Ia bercerita tentang belajarnya di sekolah. Kebetulan ia lebih muda sedikit ketimbang saya. Lantas tuturnya, ia satu-satunya siswa yang menjadi korban cerca gurunya. Sebab nilainya yang kurang memuaskan dibanding teman yang lainnya. Sungguh benar tentang bentak, cerca serta cela dari gurunya itu mengalir kepadanya. Meski tak sampai berujung pada emosi. Tapi akibat ucapan gurunya yang mungkin tak berkenan di hati, membuatnya bermuram durja.
            Apa tanggapan teman-teman semua? Apa seharusnya kita membenci guru itu? Jangan! Sama sekali haram dilakukan. Sebab akan berakibat fatal nantinya. Saya kira itu adalah sebuah motivasi semata. Namun, cara menyampaikannya saja yang salah. Atau memang sudah ciri khas seorang guru itu.

Seperti guru saya sendiri yang menerapkan kalimat kurang ‘baik’ saat mengajar. Bukan malah mengajarkan yang tidak baik. Maksudnya begini, guru saya itu senang akan kata-kata yang jika diucapkan nanti rata-rata membuat rasa tersinggung di hati. Misalnya saja ‘bodoh’. Apa reaksi kalian ketika seseorang mengatakan ‘bodoh’ kepada kita? Rasa tersinggung memang wajar. Sungguh lazim atau lumrah. Tapi, tidakkah kalian melihat hasilnya?
Ketika seseorang mengatakan kita seperti itu, saya kira, kita akan berubah. Tanpa sadar, kita akan berbuat sesuatu seolah membuktikan kepadanya bahwa omongannya itu tak berfakta. Mungkin itulah hikmahnya.
Kembali ke masalah awal. Masalah tentang anak sekolahan. Ketika kita sedang tak beruntung mendapat nilai yang bagus, jangan bersedih hati, bermuram durja, dan lain-lainnya. Sebab akan membuat masalah lain kocar-kacir. Jadikan saja motivasi. Sekali lagi buktikan bahwa kalian berkembang. Tidak terpuruk dengan nilai yang tak karuan.
Tapi ingat juga, di pengadilan saja terdapat seorang hakim yang memutuskan perkara. Tidak ada seseorang yang mampu menggugat keputusannya. Dan tidak ada orang benar yang pesimis akan kemenangan di pengadilan. Maksudnya, kita tak boleh memvonis jawaban kita (khusus buat anak sekolahan) salah begitu saja. Lalu membiarkan diri pasrah akan garis hidup yang diberikan. Kalau kita benar, mengapa takut salah? Namun, kita juga tak boleh terlalu percaya diri akan jawaban kita sendiri. Sampai-sampai menentang putusan hakim (guru).
Alhamdulilah, mungkin itu saja posting hari ini. Buat anak sekolahan, jangan takut salah selama itu benar. Semangat menuai kebenaran. Segera perbaiki dirimu selagi ada kesalahan.

Mohon maaf bila tak berkenan di hati. Mungkin tulisan saya masih belum bisa dipahami. Tapi setidaknya, biarkan hati saya sedikit lega karena sudah memposting bab ini. Sampai jumpa!



0 comments:

Post a Comment