Ketika Berbuat Kesalahan
Kesalahan
tentu bukan menjadi hal yang asing dalam sebuah kehidupan. Setiap orang pasti
memiliki kesalahan. Mungkin kesalahan pada keluarga, teman ataupun tuhan.
Tidakkah kalian merasa bersalah atas tingkahmu yang penuh keliru? Tentu, saya
kira hanya orang-orang yang beriman yang merasakan hati serta akal budinya
penuh dosa. Lantas perbuatan apa saja yang disebut kesalahan? Tentu tak bisa
terkira. Dengan tuhan kita sendiri saja sudah berpukal-pukal. Bagaimana dengan
sesama umat manusia?
Tapi kesalahan satu ini berbeda dengan di atas. Waktu
itu, seseorang menemui saya. Ia bercerita tentang belajarnya di sekolah.
Kebetulan ia lebih muda sedikit ketimbang saya. Lantas tuturnya, ia
satu-satunya siswa yang menjadi korban cerca gurunya. Sebab nilainya yang
kurang memuaskan dibanding teman yang lainnya. Sungguh benar tentang bentak,
cerca serta cela dari gurunya itu mengalir kepadanya. Meski tak sampai berujung
pada emosi. Tapi akibat ucapan gurunya yang mungkin tak berkenan di hati, membuatnya
bermuram durja.
Apa tanggapan teman-teman semua? Apa seharusnya kita
membenci guru itu? Jangan! Sama sekali haram dilakukan. Sebab akan berakibat
fatal nantinya. Saya kira itu adalah sebuah motivasi semata. Namun, cara
menyampaikannya saja yang salah. Atau memang sudah ciri khas seorang guru itu.
Seperti
guru saya sendiri yang menerapkan kalimat kurang ‘baik’ saat mengajar. Bukan
malah mengajarkan yang tidak baik. Maksudnya begini, guru saya itu senang akan
kata-kata yang jika diucapkan nanti rata-rata membuat rasa tersinggung di hati.
Misalnya saja ‘bodoh’. Apa reaksi kalian ketika seseorang mengatakan ‘bodoh’
kepada kita? Rasa tersinggung memang wajar. Sungguh lazim atau lumrah. Tapi,
tidakkah kalian melihat hasilnya?
Ketika
seseorang mengatakan kita seperti itu, saya kira, kita akan berubah. Tanpa
sadar, kita akan berbuat sesuatu seolah membuktikan kepadanya bahwa omongannya
itu tak berfakta. Mungkin itulah hikmahnya.
Kembali
ke masalah awal. Masalah tentang anak sekolahan. Ketika kita sedang tak
beruntung mendapat nilai yang bagus, jangan bersedih hati, bermuram durja, dan
lain-lainnya. Sebab akan membuat masalah lain kocar-kacir. Jadikan saja
motivasi. Sekali lagi buktikan bahwa kalian berkembang. Tidak terpuruk dengan
nilai yang tak karuan.
Tapi
ingat juga, di pengadilan saja terdapat seorang hakim yang memutuskan perkara. Tidak
ada seseorang yang mampu menggugat keputusannya. Dan tidak ada orang benar yang
pesimis akan kemenangan di pengadilan. Maksudnya, kita tak boleh memvonis
jawaban kita (khusus buat anak sekolahan) salah begitu saja. Lalu membiarkan
diri pasrah akan garis hidup yang diberikan. Kalau kita benar, mengapa takut
salah? Namun, kita juga tak boleh terlalu percaya diri akan jawaban kita
sendiri. Sampai-sampai menentang putusan hakim (guru).
Alhamdulilah,
mungkin itu saja posting hari ini. Buat anak sekolahan, jangan takut salah
selama itu benar. Semangat menuai kebenaran. Segera perbaiki dirimu selagi ada
kesalahan.
Mohon
maaf bila tak berkenan di hati. Mungkin tulisan saya masih belum bisa dipahami.
Tapi setidaknya, biarkan hati saya sedikit lega karena sudah memposting bab
ini. Sampai jumpa!
0 comments:
Post a Comment