Thursday, September 6, 2018

Peringatan Proklamasi Kemerdekaan di Wittmund, Jerman

Kami mengadakan upacara kecil merayakan ulang tahun Indonesia



Hari Proklamasi Kemerdekaan, yang biasa kita peringati tanggal 17 Agustus setiap tahunnya selalu menjadi momen yang menarik. Seperti yang kita ketahui dalam sejarah, pada 17 Agustus 1945 Ir. Soekarno ditemani Moh. Hatta membacakan naskah proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 sesaat setelah peristiwa Rengasdengklok sehari sebelumnya. Di Indonesia sendiri selalu ada peringatan 17 Agustus berupa upacara, lomba-lomba, dan lain-lain. Lalu bagaimana dengan orang-orang Indonesia yang ada di luar negeri? Peringatan 17 Agustus inilah yang menjadi momen terbaik kita di Jerman.
Seminggu sebelum keberangkatan ke Jerman, tepatnya pada tanggal 31 Juli 2017, muncul ide dari kami untuk membuat lomba kecil-kecilan di sana. Ide itu kami rasa sangat mungkin untuk direalisasikan. Alasan pertama, karena pada tanggal 17 Agustus kami masih ada kegiatan jam belajar di sekolah. Artinya kegiatan pada hari itu tidak terlalu padat. Alasan kedua, karena kami bisa dikatakan adalah perwakilan dari Indonesia. Untuk itu, kita harus menunjukkan kepada dunia, khususnya warga sekolah KGS Alexander von Humboldt Wittmund dan beberapa perwakilan negara dari berbagai belahan dunia seperti Argentina, Kenya, Ukraina, dan Jerman sendiri, bahwa Indonesia memiliki tradisi yang unik untuk memperingati hari kemerdekaan negara.
Pada tanggal 2 Agustus 2017 ketika kami masih di Indonesia, kami mulai mendaftar barang-barang dan peralatan yang dibutuhkan untuk lomba-lomba tersebut. Setelah mendapat izin dari pihak Jerman, ternyata kita hanya diberi waktu 45 menit. Jadi, kita memutuskan untuk mengadakan dua lomba saja, yaitu lomba mengapit balon dan lomba makan kerupuk. Kami juga sudah membuat koordinator dari setiap lomba agar tercipta kelancaran. Satu persatu bahan yang diperlukan kami bagi tugas kepada masing-masing koordinator untuk mempermudah membawanya, termasuk hadiah bagi para pemenang nantinya.
Pada tanggal 16 Agustus, sehari sebelum lomba dimulai, kami menggagas ide untuk berkumpul di suatu tempat untuk mempersiapkan lomba-lomba tersebut. Ide itu muncul karena kami akan membutuhkan waktu lama untuk mempersiapkannya. Kami harus meniup 40 balon, membungkus beberapa hadiah, latihan upacara, latihan koordinasi dengan bahasa Jerman, dan lain-lain. Sayangnya, kami semua tidak bisa berkumpul pada waktu itu. Hal itu dikarenakan, kami tidak tinggal di satu tempat. Kami tinggal berpisah, bersama masing-masing keluarga angkat. Bahkan jarak rumah kami sangat jauh. Oleh karena itu kami putuskan untuk mempersiapkan lomba-lomba tersebut pada esok harinya di sekolah dengan terpaksa tidak mengikuti pelajaran.
Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 2017 pukul 14.00, para siswa pertukaran pelajar dikumpulkan di suatu aula. Kami, siswa pertukaran pelajar Indonesia mulai mempersiapkan upacara kecil untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Sugiarto, sebagai pemimpin upacara. Rafi dan Ardhy sebagai pembawa bendera, dan yang lain menyanyikan lagu Indonesia Raya. Para peserta upacara yang terdiri dari para siswa dan guru Jerman, Ukraina, Argentina, dan Kenya sangat antusias. Beberapa dari mereka bahkan mengambil foto untuk diabadikan.
Setelah diadakan upacara kecil, saatnya lomba-lomba dimulai. Peserta lomba pada waktu itu adalah perwakilan dari tiap-tiap negara. Setiap negara dengan semangat mengikuti lomba ini. Sebagian dari mereka bahkan berteriak menyemangati temannnya yang sedang berkompetisi. Acara lomba-lomba ini berlangsung sangat meriah dan penuh dengan tawa. Bagaimana tidsak? Pada perlombaan mengapit balon, ketika para peserta mendengar musik dangdut, mereka harus berjoget. Para penonton lainnya tertawa melihat hal itu.
Esther, salah satu siswa pertukaran pelajar dari Kenya mengatakan kepada kami bahwa dia sangat terkesan dengan cara kami mencintai budaya Indonesia. Bahkan dia  memakai kaos senada dengan yang kami pakai dan langsung mengajak kami berfoto. Rasa bangga dan cinta kita terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia pada waktu itu semakin kuat. Memang sudah saatnya, Indonesia dikenal dikancah dunia sebagai negara yang berbudaya tinggi. Negara yang kaya akan alam, rempah-rempah, serta budanyanya.

0 comments:

Post a Comment